lirik angin malam di bulan desember
LirikAngin Malam - Broery Marantika. Berikut cuplikan Lirik Lagu Angin Malam - Broery Marantika " Diiringi gemuruh anginMeniup daun-daunAlam yang jadi saksiKau serahkan jiwa raga" Untuk mendukung para musisi, penyanyi dan band yang bersangkutan, anda bisa berlangganan atau membeli lagu ini lewat media digital resmi seperti Google Play Music, Apple Music, iTunes, Amazon Music
Yangtelah hilang sejak kedua orang tuanya meninggal. Rara meninggal di pelukan Randi, teman terbaiknya. Sambil mengeluarkan air mata, Randi membawa Rara ke pantai, sayup-sayup terdengar sebuah lirik. Anginbawalah dirinya kesana. Anginbahagia hatinya kini. karena telah mendapat teman di sisinya. Oh anginpantai
Anginmalam sampaikan salam den bakehnyo Angin lalu bisiakan hati den nan rindu. Uda jauh denaipun jauh Kadenai cari dimalah tampeknyo Uda rasa denaipun rasa Di dalam mimpi kita basuo. Angin malam sampaikan salam den bakehnyo Angin lalu bisiakan hati den nan rindu. Oi nan kok dapek pilin bapilin Sabalah batuang nan den pijakan Oi nan kok dapek
LirikLagu "Angin Malam" dari Berlian Putri.Berikut kutipan lirik lagunya "Duhai malam sampaikanlah rasa rindu di hatiku Duhai angin bawa aku kepadanya Mataku sembab karena ku menangis" Kamu bisa berlangganan atau membeli lagu ini melalui media digital resmi seperti iTunes, Spotify dan media pembelian resmi online musik lainnya atau kamu bisa mendengarkannya lewat saluran Youtube Blog
LirikLagu Bulan Di Ranting Cemara Elvi Sukaesih (Bulan di ranting cemara Menambah kerinduan) Lepas senja remang melingkar langit Angin malam berbisik merdu Melintas burung malam berlalu Cipta alam kadang membawa suka Ada bulan di ranting cemara Rindu rindu makin membara
Ich Möchte Dich Besser Kennenlernen Englisch. 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID BjJN0w_hTAH339boNWVUJK7ndjf2cA5XRvFwEVupHleGYTyddLxqkw==
Angin dingin meniup mencekam di bulan Desember air hujan turun deras dan kejam hati berdebar kuteringat bayangan impian di malam itu malam yang kelabu kau ucapkan kata selamat tinggal sayang Bulan madu yang engkau janjikan semakin melayang lenyap hilang ditelan air hujan engkau tak datang Bulan ini Desember kedua aku menanti dua tahun sudah kusabar menanti ku dilanda sepi Angin dingin menusuk di hati terasa oh nyeri bulan madu tinggallah impian tanpa kenyataan Sinar cinta seterang rembulan kini pudar sudah Desember kelabu selalu menghantui setiap mimpiku
JAKARTA, - "Angin Malam" merupakan tembang solo hit pertama Broery Marantika yang rilis pada 1969 melalui label The Pro's. Lagu ini merupakan ciptaan Riyanto yang dipopulerkan oleh Broery Marantika. "Angin Malam" juga sempat dipilih menjadi soundtrack film Akhir Sebuah Impian dengan dua lagu lainnya, "Mimpi Sedih" dan "Duri dalam Cinta".Baca juga Lirik dan Chord Lagu Jangan Ada Dusta di Antara Kita - Broery Berikut ini lirik dan chord lagu "Angin Malam" - Broery F CBerhembus angin malam,mencekam Cm GMenghempas membelai wajah ayu G D GItulah kenangan yang terakhir,denganmu F CKudekati dirimu, kau diam Cm GTersungging senyuman dibibirmu G D G G7Itulah senyuman yang terakhir,darimu [Reff]D GDiiringi gemuruh anginC GMeniup daun-daunD GAlam yang jadi saksi A DKau serahkan jiwa raga G F CAngin tetap berhembus tak henti Cm GWalaupun sampai akhir hidupku G D G G7Oh angin malam bawa daku kepadanya D GDiiringi gemuruh anginC GMeniup daun-daunD GAlam yang jadi saksi A DKau serahkan jiwa raga Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Angin dingin meniup mencekam di bulan Desember air hujan turun deras dan kejam hati berdebar kuteringat bayangan impian di malam itu malam yang kelabu kau ucapkan kata selamat tinggal sayangBulan madu yang engkau janjikan semakin melayang lenyap hilang ditelan air hujan engkau tak datangBulan ini Desember kedua aku menanti dua tahun sudah kusabar menanti ku dilanda sepiAngin dingin menusuk di hati terasa oh nyeri bulan madu tinggallah impian tanpa kenyataanSinar cinta seterang rembulan kini pudar sudah Desember kelabu selalu menghantui setiap mimpiku
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. “Angin dingin meniup mencekam, di bulan Desember…..”Sebaris lirik lagu tempo doeloe yang dilantunkan Yuni Shara kembali terngiang demi menggambarkan aroma nestapa atas berbagai kabar menyedihkan beberapa minggu terakhir. Ya, beberapa menurut hitungan jemari saya. Kematian orang-orang yang dikenal, terutama seorang sahabat karib adalah satu dari rentetan kabar duka yang mewarnai sebelum kabar kecelakaan Air Asia QZ 8501. Sebuah tragedi yang menyedot perhatian dan menggoreskan satu lagi kisah sedih bagi siapa pun yang mendengar dan dan kematian sesungguhnya selalu terjadi setiap detiknya di muka bumi ini. Perihal sebab musabab kematian rupanya sekadar perantara saja. Toh kabarnya jatah hidup manusia memang tidak bisa ditambah ataupun dikurangi, semua telah tersurat di manusia pada Sang Pencipta selalu menorehkan duka mendalam terutama bagi orang-orang terkasih di sekelilingnya. Baik itu kematian sendirian maupun massal sebagaimana kecelakaan pesawat, semuanya sanggup menumpahkan air mata. Efeknya bisa sehari, seminggu, sebulan, setahun atau dalam jangka waktu yang tak tertentu. Namun akhirnya semua akan masuk menjadi kotak bernama KENANGAN’.Dan sungguh mengenang kejadian, peristiwa atau pun ucapan dia/mereka yang kini telah pergi menjadi sebuah hal menarik, terutama bagi kita orang-orang terdekatnya. Ini adalah sepotong kisah perjalanan saya memiliki sekumpulan sahabat lama. Teman sekelas selama 3 tahun berturut-turut di SMP dan atas perkenanNya, masih menjalin silaturahim dan kekerabatan yang amat kental hingga kini. Kami pun memiliki rekening bersama yang kami kelola untuk beberapa kegiatan sosial semacam beasiswa adik almamater dan Program Buku untuk Sekolahku dimana kami menyuplay buku-buku cerita/novel inspiratif yang kami kirimkan ke sekolah almamater. Berharap adik-adik kelas di desa sana berani bermimpi menjadi orang-orang sukses dan besar Jakarta ini, tepatnya di pinggiran Jakarta, di kediaman kami yang tak seberapa luasnya sering terjadi pertemuan alumni tahun ’90, khususnya kelas kami. Reuni kecil yang biasanya membahas mengenai pengelolaan dana bersama tersebut. Program pengelolaan dana bersama tersebut sesungguhnya adalah satu perantara untuk menyatukan kami. Dimana seiring berjalannya waktu, dan bergulirnya takdir yang membawa kami ke situasi yang bervariasi, dengan pilihan pekerjaan yang beraneka ragam, program tersebut nyata telah menjadi pemersatu jiwa dengan satu topik yang bisa dibahas bersama. Pun dengan bumbu emosional yang sekitar 3 minggu lalu, satu dari sahabat kami berpulang’ karena sakit. Amir Ahmad, sahabat kami yang terkenal pekerja keras, dan memiliki usaha toko kelontong cukup besar di Bekasi harus mendahului kami semua. Tersentak kami semua menghadapinya. Kesedihan mengalirkan air mata, menyesakkan dada. Innalillahiwa’inna ilaihirojiuun….Hanya satu kalimat tersendat yang terucap mendengar kenyataan yang terasa sebagai mimpi buruk di siang berganti minggu… dan sebentar lagi bulan akan bertukar tahun. Satu demi satu kami mengingat perbicangan yang pernah ada. Termasuk suatu hari ketika seorang sahabat lain berkata ; “Nek salah siji awake dhewe ono sing dipanggil sing gawe urip dhisik, yo liyane ngrenggo biaya sekolah anak-anake yo – Jika suatu hari salah satu di antara kita ada yang dipanggil menghadap Sang Pemberi Hidup, ya yang lain menanggung biaya sekolah/pendidikan anak-anaknya ya…”Waktu itu almarhum tertawa menyahut/menimpali ; “Yo aku mendingan mbiayai anakmu lah Jat….” yang disambut tawa lainnya. Topik-topik cukup serius yang sering kami lontarkan melalui guruan. Saat itu terdengar lucu karena urusan antrian kematian seolah bisa dipesan. Demikianlah canda dan tawa mewarnai pertemuan kami seolah waktu tak kan mampu merubah jiwa kami menua sebagaimana raga ini pada dalam pembahasan dengan para sahabat ini kami bergumam ; “Allah telah memberikan antrian sesuai kehendakNya. Dan Dia menagih janji, apakah kami sanggup melaksanakan itikad bersama yang pernah kami buat sebelumnya?”Semoga kami termasuk golongan orang-orang yang menepati janji. Karena jika kami ditanya, mau menghadap terlebih dulu ataukah diberi perpanjangan waktu untuk menambah bekal pulang dan mengurus/memperhatikan anak-anak yatim dari sahabat kami, maka kami pasti akan memilih yang 2014 telah menggoreskan kesyukuran, bahwa persahabatan hingga akhir masa adalah anugerah Allah yang tak terhingga. Kabar kematian demi kematian yang kita dengar semoga menjadi alarm terbaik untuk memperbaiki diri di tahun berikutnya. Selagi Dia masih memperkenankan kita menghirup nafas di semesta. Selagi mentari pagi masih bisa kita saksikan di setiap paginya. Semoga…semoga. Lihat Catatan Selengkapnya
lirik angin malam di bulan desember